Seekor tikus
mengintip di balik celah
di tembok untuk mengamati
sang petani dan isterinya,
saat membuka sebuah bungkusan.
Ada makanan fikirnya?
Tapi, dia terkejut sekali,
ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus.
Lari kembali ke ladang pertanian itu,
tikus itu menjerit memberi peringatan;
"Awas,
ada perangkap tikus di dalam rumah,
hati-hati,
ada perangkap tikus di dalam rumah!"
Sang ayam dengan tenang
berkokok dan sambil mengais-ngais tanah,
mengangkat kepalanya dan berkata,
"Ya maafkan aku Pak Tikus.
Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu,
tapi buat aku secara peribadi
tidak ada masalahnya.
Jadi jangan buat aku sakit kepalalah
mendengarkan pekikkanmu itu."
Tikus berbalik dan pergi
menuju sang kambing.
Katanya,
"Ada perangkap tikus di dalam rumah,
sebuah perangkap tikus di rumah!"
"Wah,
aku menyesal dengar perkhabaran ini,"
si kambing menghibur dengan penuh simpati,
"Tetapi tak ada sesuatu pun
yang bisa kulakukan kecuali berdoa.
Yakinlah,
kamu sentiasa ada dalam doa-doaku!"
kata si kambing dengan nada yang sinis.
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
"Oh, sebuah perangkap tikus?
Jadi saya dalam bahaya besar ya?"
kata lembu itu sambil ketawa,
berleleran air liur.
Jadi tikus itu kembalilah ke rumah,
dengan kepala tertunduk
dan merasa begitu patah hati,
kesal dan sedih,
terpaksa menghadapi
perangkap tikus itu sendirian.
Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.
Malam tiba,
dan terdengar suara bergema
di seluruh rumah,
seperti bunyi perangkap tikus
yang berjaya menangkap mangsa.
Isteri petani berlari
pergi melihat apa yang terperangkap.
Di dalam kegelapan itu
dia tak boleh melihat
bahawa yang terjebak itu
adalah seekor ular berbisa.
Ular itu sempat mematuk
tangan isteri petani itu.
Petani itu bergegas membawanya
ke rumah sakit.
Si isteri kembali ke rumah
dengan tubuh menggigil, demam.
Dan, sudah menjadi kebiasaan,
setiap orang sakit demam,
ubat pertama adalah memberikan sup ayam
segar yang hangat.
Petani itu pun mengasah pisaunya,
dan pergi ke kandang,
mencari ayam untuk bahan supnya.
Tapi, bisa itu sungguh jahat,
si isteri masih belum sembuh.
Banyak jiran dan tetangganya
yang datang mengunjunginya,
dan tamu pun tidak putus-putus
ke rumahnya.
Ia pun harus menyiapkan makanan,
dan terpaksa, kambing di kandang
dia dijadikan gulai.
Tapi, itu tak cukup untuk dihidangkan
kepada tetamu yang datang.
Si isteri mati,
dan beratus-ratus orang datang
untuk mengurus pemakaman, juga selamatan.
Tak ada cara lain,
lembu di kandang pun dijadikan habuan,
untuk ratusan pelawat.
Kawan,
apabila kita mendengar ada seseorang
yang menghadapi masalah
dan difikirkan itu tidak ada kaitannya dengan kamu,
ingatlah bahwa
apabila ada "perangkap tikus"
di dalam rumah,
seluruh "ladang pertanian" ikut menanggung risikonya.
Sikap mementingkan diri sendiri
lebih banyak keburukan dari baiknya.