Setiap orang memiliki cermin di dalam diri.
Itulah hati nurani.
Perkataan hati nurani adalah kejujuran.
Anjurannya adalah kebaikan.
Kecenderungannya adalah pada kebenaran.
Sifatnya adalah kasih sayang.
Ia akan tenang bila kita berbuat baik
dan gelisah bila kita berbuat dosa.
Bila ia bersih dan sihat
maka ia akan
menjadi juru bicara Tuhan
di dalam diri kita.
Bila ia bening dan berkilat
maka ia akan menangkap wajah Tuhan.
Hanya sayangnya kita sering
mencampakkan nurani kita sendiri
bahkan membunuhnya
dengan perilaku-perilaku kita.
Seorang sahabat Nabi Saw
yang bernama Wabishah ra
datang dengan menyimpan pertanyaan
di dalam hatinya tentang bagaimanakah
cara membezakan antara kebajikan dan dosa.
Sebelum Wabishah bertanya,
cermin hati Nabi Saw
telah menangkap isi hatinya. ”
" Wahai Wabishah,
mahu aku jawab langsung atau
engkau utarakan pertanyaanmu
terlebih dahulu?”
Wabishah menjawab
"Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.”
Baginda bersabda,
" Engkau datang untuk bertanya
bagaimana membezakan antara
kebajikan dan dosa.”
Wabishah berkata,
“Benar.”
Rasulullah saw merapatkan jari-jarinya
dan meletakkannya pada dada Wabishah,
seraya bersabda
“Mintalah pendapat
pada hatimu
dan mintalah pendapat
pada jiwamu, wahai Wabishah.
Sesuatu itu adalah kebaikan
bila ia membuat hati tenteram,
membuat jiwa tenteram,
sedangkan dosa
membuat kegelisah dalam hati
dan kegoncangan dalam dada.
(Mintalah pendapat pada hatimu
dan mintalah pendapat pada jiwamu),
meskipun orang-orang telah
memberikan pendapat mereka
kepadamu tentang hal itu.”
( HR.al-Darimi dari Wabishah ra )